menyerukan nama sang raja agung.
Raja berdiri tegak tanpa menunduk,
namun mahkotanya bergetar di kepala
entah karena riuh suara,
atau karena gemetar tubuhnya sendiri.
Rakyat bersama-sama melempar
mawar-mawar merah,
hingga setetes darah jatuh
dari jari seorang anak yang tertusuk durinya.
Namun tak seorang pun dapat membedakan
antara warna bunga dan darah itu.
Karena di sekeliling, segalanya tampak serupa.
Raja agung disambut di gerbang cahaya yang membutakan mata,
Semua rakyat bersukaria dan bergembira.
Tawa bergema di antara terompet dan genderang,
hingga setetes air mata jatuh tak terasa.
Matahari membakar kulit mereka,
hujan mencuci sisa jerih di wajah-wajah lelah,
namun mereka tetap berdiri dan bersorak.
Raja agung sungguh agung,
dipuji, dicintai, dan disembah rakyatnya.


Post a Comment